Sabtu, 18 Oktober 2008

Mengubah Limbah Menjadi Energi Bersih

Limbah adalah masalah lingkungan hidup utama bagi semua negara. Bila ada lebih banyak orang di seluruh dunia menjalankan prinsip Mengurangi, Menggunakan Kembali, dan Mendaur Ulang sebagai bagian dari gaya hidup mereka, maka jumlah limbah yang dihasilkan akan jauh berkurang. Lebih baik lagi bila kita dapat mengubah limbah menjadi energi yang bersih dan menggunakannya kembali. Hal ini tidak saja mengurangi masalah TPA, juga akan mengurang emisi gas rumah hijau.

Berbagai proyek pengembangan ramah lingkungan dimulai di seluruah dunia dan memberikan gambaran yang jelas bahwa pengembangan yang mendukung lingkungan hidup dan mencegah perubahan iklim merupakan tujuan yang dapat dicapai.

Pabrik Bio-Metanisasi Pertama di Singapura

Pada Tahun Emas 2 (Tahun 2005), sebuah pabrik pengolahan limbah organik dibangun di Singapura oleh perusahaan limbah IUT. Pabrik ini dibuat untuk mengubah sampah makanan dan sampah organik dari hotel, dapur, dan pabrik makanan menjadi energi bersih dan kompos. Dengan menggunakan proses bio-metanisasi, maka bakteri akan menguraikan sampah makanan menjadi kompos serta gas metan. Gas ini ditampung dan digunakan untuk menjadi bahan bakar mesin besar bertenaga gas untuk menghasilkan listrik. Ini adalah yang pertama di Singapura dan terbesar di Asia. Pabrik ini memiliki kapasitas 800 ton sampah organik setiap harinya dan menghasilkan listrik yang cukup untuk menjalankan operasi pabrik ini serta lebih dari 10.000 fasilitas industri lainnya.

Banyak negara lain yang juga memiliki pengembangan yang sama, atau membantu petani serta industri pabrik untuk memiliki fasilitas mengubah sampah di pabrik mereka sendiri sehingga energi yang dihasilkan menjadi lebih murah dan tersedia dengan cepat.

Referensi: http://www.iutglobal.com/iut-tech-bio-methanisation.asp

Generator Ringan yang Mengubah Sampah Menjadi Listrik
Professor Nathan Mosier of the Purdue University works with the tactical biorefinery designed to convert waste into electricity

Peneliti dari Universitas Purdue telah menciptakan kilang bahan bakar bio ringan, sebesar sebuah kendaraan van, yang mengubah makanan, kertas, dan sampah plastik menjadi listrik.

Kilang bahan bakar bio ini memproses limbah yang beraneka ragam pada saat yang sama. Sampah makanan difermentasikan menjadi etanol dengan menggunakan ragi industri serta mengubah plastik, kertas, maupun residu sampah lainnya menjadi metana dan propane kualitas rendah yang menggunakan unit gas. Gas dan etanol kemudian disalurkan ke pembakaran mesin disel yang menjadi sumber tenaga generator untuk menghasilkan listrik. Sistem ini sangat efisien dan dapat menghasilkan 90% energi lebih banyak dari yang dibutuhkan sistem ini sendiri, dengan sisa pembakaran abu yang tidak berbahaya.

Walaupun dikembangkan untuk digunakan oleh militer, penciptanya berharap agar dapat digunakan oleh masyarakat sipil, seperti di daerah pemulihan bencana atau sebagai sistem pembangkit tenaga tambahan.

Referensi: http://www.technologyreview.com/Energy/18183/

Mengubah Biomass dan Sampah Makanan Menjadi Energi yang Bisa Dipergunakan
Profesor Ruihong Zhang dari UC Davis menyekop sisa makanan dari restoran di San Francisco ke sistem pengubah energi biogas


Profesor Ruihong Zhang di kampus Universitas California Davis telah mengembangkan pencerna anaerobik yang menggunakan bakteri untuk mengubah sampah makanan, sisa hasil panen, dan biomass lainnya menjadi gas hidrogen serta metana yang dapat dibakar untuk menghasilkan listrik atau digunakan sebagai bahan bakar kendaraan.

Proyek Energi Biogas dimulai oleh universitas tersebut dan dianggap sebagai alat peraga berskala besar yang pertama dari teknologi ini di Amerika Serikat. Setiap ton sampah makan dapat menghasilkan energi yang cukup untuk menghasilkan listrik bagi 10 rumah di Kalifornia setiap hari.

Sistem yang dikembangkan Profesor Zhang berbeda dari pencerna anaerobik lainnya yang dibiasanya digunakan di sarana pengolahan air kotor dan peternakan. Sistem ini dapat memproses lebih banyak macam benda padat dan sampah cair, termasuk sisa makanan, sampah pekarangan, rabuk hewan, dan jerami padi. Dibandingkan dengan sistem lainnya, sistem ini lebih efisien serta hanya memerlukan setengah dari waktu yang biasanya diperlukan untuk mengubah sampah menjadi energi. Lebih jauh lagi sistem ini menghasilkan dua gas bersih - hidrogen dan metana, sementara sistem yang lain hanya menghasikan metana.

Referensi: http://www.news.ucdavis.edu/search/news_detail.lasso?id=7915

Membuat Energi dari Air Asam
Petani Moses Urio berharap agar dia tidak harus membeli diesel lagi


Di Tanzania, sebuah pengalih bio-gas dikembangkan sebagai bagian dari proyek yang lebih besar yang didanai pemerintah Swiss untuk memberikan penghasilan tambahan kepada para petani kopi.

Sistem pengalih ini dapat mendaur-ulang limbah dari proses biji kopi mentah, yang sangat asam. Sifat asam ini sangat disukai oleh mikroorganisme, dan hasil akhir dari proses ini adalah gas metana yang dapat digunakan untuk menggantikan diesel sebagai sumber tenaga mesin para petani.

Sistem pengalih bio-gas ini tidak hanya menolong para petani untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dari kopi mereka, tetapi juga dapat mengurangi pengrusakan lingkungan yang dapat disebabkan oleh air yang bersifat asam.

Referensi: http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/6571547.stm

Menggunakan Bakteri untuk Memisahkan Hidrogen dari Sampah Coklat

Tim Riset Inggris yang dipimpin oleh Lynne Mackaskie di Universitas Birminghan, Inggris Tengah, menemukan bahwa bakteri Escherichia coli, bila diberi makan dengan limbah dari pabrik coklat maka akan memproduksi hidrogen, salah satu bahan bakar dari daur ulang paling bersih. Penemuan bahwa Hidrogen dapat dipisahkan dari sampah makanan dapat merupakan penemuan penting baik bagi industri dan lingkungan karena proses ini bekerja baik dengan banyak jenis limbah lainnya, tidak terbatas hanya pada limbah coklat.

Referensi: http://environment.about.com/od/renewableenergy/a/chocolatefuel.htm

Mengubah Limbah Makanan Menjadi Gas untuk Masak

Sebuah laboratorium nasional di Filipina telah mengembangkan biogas ringan ramah lingkungan yang dapat mengubah sampah dapur menjadi gas yang dapat digunakan melalui proses fermentasi alami. Sistem ini dapat menyimpan lebih dari 211 liter sampah dapur yang dapat diuraikan. Proses fermentasi memakan waktu semalam dan gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan masak untuk satu hari.

Referensi: http://www.ebc.org.ph/

1 komentar:

Andrianto mengatakan...

Mas, ada artikel lainnya nggak???? Yg memuat bagan, proses atau bentuk mesinny secara nyata??? Saya tertarik untuk mengembangkanny di kota malang. Btw saya fandi, salam kenal.
Tolong balas ke email saya kalau tidak keberatan. Fandi107@yahoo.com/ fandiandrianto107@gmail.com