Selasa, 19 Agustus 2008

picung lagi

Guru Besar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Jhon Haluan mengemukakan, buah pohon picung atau kluwak (Jawa), yang telah diteliti mahasiswa S-2 Program Studi Teknologi Kelautan Sekolah Pascasarjana IPB, RA Hangesti Emi Widyasari, adalah solusi bagi sulitnya para nelayan terhadap kebutuhan es batu (balok) guna mengawetkan ikan segar.

"(Riset buah picung) itu merupakan terobosan dalam mengatasi kesulitan pemerolehan dan menekan harga es batu bagi nelayan, disamping menghindari penggunaan larutan formalin yang berbahaya bagi kesehatan manusia," katanya di Bogor, Sabtu.

Jhon Haluan, yang juga dosen pembimbing RA Hangesti Emi Widyasari mengenai buah picung itu, mengatakan bahwa apa yang diteliti mahasiswanya itu menjadi salah satu solusi mendasar bagaimana memanfaatkan sumberdaya alam (SDA) alami bagi kebutuhan yang cukup aman dalam industri pengawetan ikan segar itu.

Ia mengatakan, kelebihan lain dari buah picung, karena tumbuhan ini banyak tersebar di seluruh Nusantara.

Selain lazim sebagai bumbu masak dapur, kata dia, biji buah picung juga bisa dimanfaatkan sebagai pengawet alami ikan segar, seperti telah diteliti mahasiswanya itu.

"Kombinasi 2 persen biji buah picung dan 2 persen garam dari total berat ikan telah mampu mengawetkan ikan kembung segar selama enam hari tanpa mengubah mutu," katanya.

Normalnya, ikan kembung segar yang disimpan di suhu kamar tanpa penambahan picung atau es hanya bisa bertahan enam jam. Lebih dari itu, ikan tersebut akan busuk dan rusak.

"Jadi, hasil penelitian RA Hangesti Emi Widyasari ini, merupakan terobosan yang cukup solutif, terlebih saat ini sedang ramai isu formalin yang dipakai untuk pengawet makanan, mesti fungsi formalin bukan untuk makanan," katanya.

Ia menjelaskan, seorang nelayan untuk mempertahankan mutu ikan hasil tangkapannya membutuhkan es batu minimal 1:1 berat ikan segar.

"Bila ikan yang ditangkap 50 kg, maka nelayan membutuhkan es batu minimal 50 kg pula. Namun dengan memanfaatkan cacahan biji buah picung, nelayan hanya membutuhkan 1 kg cacahan biji buah picung untuk 50 kg ikan segar," katanya dan menambahkan bahwa di pasaran 1 kilogram buah picung dihargai sekitar Rp3.000 sampai Rp4.000.

Menurut Hangesti, pemanfaatan biji buah picung sudah dikenal secara tradisional dan hingga kini masih dipakai oleh para nelayan di Kecamatan Labuhan, Propinsi Banten.

"Mereka melumuri ikan hasil ikan tangkapannya dengan cacahan biji buah picung. Setelah penyimpanan enam hari ikan tersebut dapat langsung dimasak tanpa perlu penambahan bumbu," katanya.

Mengenai mekanismenya, kata dia cukup sederhana, pertama pengupasan biji picung, kedua dilakukan pencacahan daging biji picung, ketiga pencampuran picung dengan garam, keempat pelumuran (campuran picung dan garam pada ikan kembung segar, kelima pengemasan (dalam ember plastik tertutup, setiap hari dibuka selama 5 menit), keenam penyimpanan dalam suhu kamar.

Menurut dia, biji picung mengandung senyawa antioksidan dan golongan flavonoid. Senyawa antioksidan yang berfungsi sebagai antikanker dalam biji picung antara lain : vitamin C, ion besi, dan B karoten. Sedangkan golongan flavonoid biji picung yang memiliki aktivitas antibakteri yakni asam sianida, asam hidnokarpat, asam khaulmograt, asam glorat dan tanin.

Khusus senyawa asam sianida dan tanin, kedua senyawa inilah yang mampu memberikan efek pengawetan terhadap ikan.

Asam sianida biji picung ini sangat beracun. Oleh karena itu, Hangesti mewanti-wanti agar tak melakukan proses pengawetan dihadapan ayam atau binatang ternak. Sebab bila asam sianida ini terhirup langsung hewan ternak bisa mengakibatkan kematian.

"Meskipun asam sianida biji picung sangat beracun, tetapi mudah dihilangkan karena sifatnya mudah larut dan menguap pada suhu 26 derajat C, sehingga aman sebagai pengawet ikan," katanya

picung untuk awetan ikan

Pohon picung atau kluwak (jawa) banyak tersebar di seluruh nusantara. Selain sebagai bumbu masak dapur, biji buah picung juga bisa dimanfaatkan sebagai pengawet alami ikan segar. “Kombinasi 2 % biji buah picung dan 2% garam dari total berat ikan telah mampu mengawetkan ikan kembung segar selama 6 hari tanpa merubah mutu,” ungkap Prof John Haluan, Guru Besar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Senin (16/ 1) di Kampus IPB Darmaga.

Normalnya, ikan kembung segar yang disimpan di suhu kamar tanpa penambahan picung atau es hanya bisa bertahan 6 jam. Lebih dari itu, ikan tersebut akan busuk dan rusak. Hasil penelitian R.A Hangesti Emi Widyasari, mahasiswa S2 Program Studi Teknologi Kelautan Sekolah Pasca Sarjana IPB ini merupakan terobosan dalam mengatasi kesulitan pemerolehan dan menekan harga es batu. Disamping menghindari penggunaan larutan formalin yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Seorang nelayan untuk mempertahankan mutu ikan hasil tangkapannya membutuhkan es batu minimal 1 :1 berat ikan segar. “Bila ikan yang ditangkap 50 kg, maka nelayan membutuhkan es batu minimal 50 kg pula. Namun dengan memanfaatkan cacahan biji buah picung, nelayan hanya membutuhkan 1 kg cacahan biji buah picung untuk 50 kg ikan segar,” kata Hangesti.

Di pasaran 1 kilogram buah picung dihargai sekitar Rp 3000- Rp 4000,-. Pemanfaatan biji buah picung sudah dikenal secara tradisional nelayan Banten. Mereka melumuri ikan hasil ikan tangkapannya dengan cacahan biji buah picung. Setelah penyimpanan 6 hari ikan tersebut dapat langsung dimasak tanpa perlu penambahan bumbu.

Mekanismenya sederhana, pertama pengupasan biji picung, kedua dilakukan pencacahan daging biji picung, ketiga pencampuran picung dengan garam, keempat pelumuran (campuran picung & garam pada ikan kembung segar, kelima pengemasan (dalam ember plastik tertutup, setiap hari dibuka selama 5 menit), keenam penyimpanan dalam suhu kamar. “Biji picung mengandung senyawa antioksidan dan golongan flavonoid. Senyawa antioksidan yang berfungsi sebagai antikanker dalam biji picung antara lain : vitamin C, ion besi, dan B karoten. Sedangkan golongan flavonoid biji picung yang memiliki aktivitas antibakteri yakni asam sianida, asam hidnokarpat, asam khaulmograt, asam gorlat dan tanin,” jelas Hangesti.

Khusus senyawa asam sianida dan tanin, kedua senyawa inilah yang mampu memberikan efek pengawetan terhadap ikan. Asam sianida biji picung ini sangat beracun. Oleh karena itu, Hangesti mewanti-wanti agar tak melakukan proses pengawetan dihadapan ayam atau binatang ternak. Sebab bila asam sianida ini terhirup langsung hewan ternak bisa mengakibatkan kematian. “Meskipun asam sianida biji picung sangat beracun, tetapi mudah dihilangkan karena sifatnya mudah larut dan menguap pada suhu 26 derajat C, sehingga aman sebagai pengawet ikan,” kata tandas Hangesti

Senin, 18 Agustus 2008

picung sebagai pengawet

PENGGUNAAN formalin sebagai pengawet ikan sangat mencemaskan. Hasil survei Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tahun 2004 di Lampung, Jawa, Bali, dan NTB menunjukkan, banyak sekali nelayan menggunakan formalin

PENGGUNAAN formalin sebagai pengawet ikan sangat mencemaskan. Hasil survei Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tahun 2004 di Lampung, Jawa, Bali, dan NTB menunjukkan, banyak sekali nelayan menggunakan formalin, sejak ikan masih di kapal, setelah ikan didaratkan, dan saat diolah menjadi ikan asin.

Padahal, penggunaan formalin sangat membahayakan kesehatan konsumen dan akhirnya merugikan nelayan dan pengolah ikan sendiri karena produknya dijauhi konsumen. Penjualan ikan di berbagai daerah sempat merosot 40 persen karena merebaknya pemberitaan penggunaan formalin pada produk perikanan.

Survei BRKP tahun 2004 menunjukkan, formalin ditemukan pada berbagai jenis ikan, dan residu yang tertinggi ditemukan pada cumi asin kering. Dari 43 jenis ikan segar yang diambil sampelnya, 79 persen positif mengandung residu formalin. Dari 43 sampel ikan olahan, 95 persen mngandung residu formalin. Residu yang ditemukan pada ikan segar bervariasi dengan konsentrasi 2-10 mg per kg ikan, sedangkan pada produk olahan residunya jauh lebih tinggi.

Menurut Kepala BRKP, Indroyono Soesilo, di Jakarta, Kamis (2/2), setelah dilakukan penyuluhan tahun 2005, pada cumi asin ada kecenderungan penurunan penggunaan formalin. Demikian pula pada 51 sampel ikan segar yang diamati ada penurunan, walaupun 20 persen masih positif mengandung residu formalin. Dari 35 sampel olahan, 17 persen mengandung formalin.

Formalin dilarang digunakan sebagai pengawet makanan. Senyawa ini bersifat mudah menguap, namun pada ikan akan terikat pada protein sehingga sulit dihilangkan. naun bisa diganti dengan picung

Dari penelitian yang dilakukan di beberapa tempat, perebusan atau pengukusan selama 10-30 menit memang dapat mereduksi residu formalin sekitar 20-50 persen, tapi tidak dapat menghilangkan secara total. "Untuk mendapatkan bahan alternatif sebagai pengganti formalin, BRKP telah mencoba teknologi tradisional yang telah digunakan oleh masyarakat di Banten, yakni biji picung untuk mengawetkan ikan. Picung ternyata dapat mengawetkan ikan segar lebih dari satu minggu. Kami terus mengembangkan teknologinya," tutur Indroyono.

Dia menjelaskan, seperti halnya pada makanan lain, pembusukan ikan merupakan proses mikrobiologis atau kimiawi, sehingga teknologi yang dapat digunakan untuk menghambat adalah dengan pengontrolan suhu, baik suhu tinggi dengan pemanasan, perebusan, pengasapan, maupun rendah dengan pembekuan atau pendinginan.

Pengontrolan juga bisa dilakukan dengan pengaturan keasaman (pH), pengurangan kadar air (pengeringan) atau penggunaan zat pengawet. Berdasarkan pengalaman, penerapan suhu dingin "cold chain system" merupakan cara yang efektif untuk menghambat penurunan mutu atau kesegaran ikan.

Teknologi Pendingin

BRKP telah menawarkan teknologi Ice Maker yang dapat diaplikasikan di tempat pendaratan atau pelelangan ikan (TPI) dan kapal nelayan. Selain itu juga ditawarkan teknologi Refregerated Salt Water (RSW) yang digunakan di kapal nelayan. Kedua teknologi alat pendingin ini bisa dimanfaatkan untuk mengurangi penggunaan formalin oleh nelayan dalam memperpanjang masa kesegaran ikan.

Khusus untuk menghentikan penyalahgunaan formalin, langkah yang dianggap tepat untuk jangka pendek adalah dengan meningkatkan pengawasan oleh aparat dinas yang berlokasi di tempat pemberangkatan kapal penangkap ikan, serta mengambil sampel dan melakukan pengujian cepat (rapid test) pada setiap bulk ikan yang akan didaratkan, khususnya dari setiap palka kapal.

Jika ditemukan positif mengandung formalin, harus diberikan tindakan tegas terhadap bulk tersebut, misalnya dengan pemusnahan atau denda yang sangat tinggi, atau tindakan lain yang cukup efektif sebagai terapi kejut. Pengujian yang sama hendaknya juga dilakukan di pengumpul dan tempat-tempat pengolahan ikan. BRKP telah mengembangkan test kit berupa reagent untuk deteksi cepat formalin.

picung sebagai pengawet

PENGGUNAAN formalin sebagai pengawet ikan sangat mencemaskan. Hasil survei Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tahun 2004 di Lampung, Jawa, Bali, dan NTB menunjukkan, banyak sekali nelayan menggunakan formalin

PENGGUNAAN formalin sebagai pengawet ikan sangat mencemaskan. Hasil survei Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tahun 2004 di Lampung, Jawa, Bali, dan NTB menunjukkan, banyak sekali nelayan menggunakan formalin, sejak ikan masih di kapal, setelah ikan didaratkan, dan saat diolah menjadi ikan asin.

Padahal, penggunaan formalin sangat membahayakan kesehatan konsumen dan akhirnya merugikan nelayan dan pengolah ikan sendiri karena produknya dijauhi konsumen. Penjualan ikan di berbagai daerah sempat merosot 40 persen karena merebaknya pemberitaan penggunaan formalin pada produk perikanan.

Survei BRKP tahun 2004 menunjukkan, formalin ditemukan pada berbagai jenis ikan, dan residu yang tertinggi ditemukan pada cumi asin kering. Dari 43 jenis ikan segar yang diambil sampelnya, 79 persen positif mengandung residu formalin. Dari 43 sampel ikan olahan, 95 persen mngandung residu formalin. Residu yang ditemukan pada ikan segar bervariasi dengan konsentrasi 2-10 mg per kg ikan, sedangkan pada produk olahan residunya jauh lebih tinggi.

Menurut Kepala BRKP, Indroyono Soesilo, di Jakarta, Kamis (2/2), setelah dilakukan penyuluhan tahun 2005, pada cumi asin ada kecenderungan penurunan penggunaan formalin. Demikian pula pada 51 sampel ikan segar yang diamati ada penurunan, walaupun 20 persen masih positif mengandung residu formalin. Dari 35 sampel olahan, 17 persen mengandung formalin.

Formalin dilarang digunakan sebagai pengawet makanan. Senyawa ini bersifat mudah menguap, namun pada ikan akan terikat pada protein sehingga sulit dihilangkan. naun bisa diganti dengan picung

Dari penelitian yang dilakukan di beberapa tempat, perebusan atau pengukusan selama 10-30 menit memang dapat mereduksi residu formalin sekitar 20-50 persen, tapi tidak dapat menghilangkan secara total. "Untuk mendapatkan bahan alternatif sebagai pengganti formalin, BRKP telah mencoba teknologi tradisional yang telah digunakan oleh masyarakat di Banten, yakni biji picung untuk mengawetkan ikan. Picung ternyata dapat mengawetkan ikan segar lebih dari satu minggu. Kami terus mengembangkan teknologinya," tutur Indroyono.

Dia menjelaskan, seperti halnya pada makanan lain, pembusukan ikan merupakan proses mikrobiologis atau kimiawi, sehingga teknologi yang dapat digunakan untuk menghambat adalah dengan pengontrolan suhu, baik suhu tinggi dengan pemanasan, perebusan, pengasapan, maupun rendah dengan pembekuan atau pendinginan.

Pengontrolan juga bisa dilakukan dengan pengaturan keasaman (pH), pengurangan kadar air (pengeringan) atau penggunaan zat pengawet. Berdasarkan pengalaman, penerapan suhu dingin "cold chain system" merupakan cara yang efektif untuk menghambat penurunan mutu atau kesegaran ikan.

Teknologi Pendingin

BRKP telah menawarkan teknologi Ice Maker yang dapat diaplikasikan di tempat pendaratan atau pelelangan ikan (TPI) dan kapal nelayan. Selain itu juga ditawarkan teknologi Refregerated Salt Water (RSW) yang digunakan di kapal nelayan. Kedua teknologi alat pendingin ini bisa dimanfaatkan untuk mengurangi penggunaan formalin oleh nelayan dalam memperpanjang masa kesegaran ikan.

Khusus untuk menghentikan penyalahgunaan formalin, langkah yang dianggap tepat untuk jangka pendek adalah dengan meningkatkan pengawasan oleh aparat dinas yang berlokasi di tempat pemberangkatan kapal penangkap ikan, serta mengambil sampel dan melakukan pengujian cepat (rapid test) pada setiap bulk ikan yang akan didaratkan, khususnya dari setiap palka kapal.

Jika ditemukan positif mengandung formalin, harus diberikan tindakan tegas terhadap bulk tersebut, misalnya dengan pemusnahan atau denda yang sangat tinggi, atau tindakan lain yang cukup efektif sebagai terapi kejut. Pengujian yang sama hendaknya juga dilakukan di pengumpul dan tempat-tempat pengolahan ikan. BRKP telah mengembangkan test kit berupa reagent untuk deteksi cepat formalin.

Selasa, 12 Agustus 2008

Yogurt

Yoghurt atau yogurt adalah dairy product yang dihasilkan melalui fermentasi bakteri pada susu. Berbagai jenis susu dapat digunakan untuk membuat yoghurt, tapi produksi yoghurt yang modern kini didominasi oleh susu sapi. Pembuatan yoghurt merupakan proses fermentasi dari gula susu (laktosa) menjadi asam laktat yang menyebabkan tekstur yoghurt menjadi kental. Biasanya yaghurt dijual dengan rasa buah, vanila, atau coklat, tapi ada juga tanpa penambahan rasa (plain).

Yoghurt dibuat dengan menambahkan bakteri yang menguntungkan ke dalam susu yang tidak dipasteurisasi (untuk mengatur keseimbangan antara bakteri dan enzim dari susu) pada suhu dan kondisi lingkungan yang dikontrol. Bakteri akan mengolah gula susu alami menjadi asam laktat. Hal itu akan meningkatkan keasaman sehingga menyebabkan protein susu menyusut menjadi masa yang padat atau kental. Peningkatan keasaman (pH 4-5) juga mencegah proliferasi (perbanyakan sel) dari bakteri patogen lainnya. Umumnya kultur yoghurt melibatkan dua atau lebih bakteri yang berbeda untuk proses fermentasi, biasanya yaitu Streptococcus salivarius dan thermophilus dan genus Lactobacillus, seperti L.acidophilus, bulgaricus, casei dan bifidus.
Karena kultur yoghurt mengandung enzim-enzim yang dapat memecah laktosa, beberapa individu yang menderita lactose intolerant dapat menikmati yoghurt tanpa efek yang merugikan. Secara nutrisi, yoghurt memang kaya akan protein dan beberapa vitamin B serta mineral penting lainnya.
Yoghurt umumnya dijual dengan penambahan kemanisan dan rasa, atau dengan penambahan buah untuk menambah rasa alaminya. Produk yoghurt di AS umumnya ditambahkan dengan pektin dan gelatin.

Ada beberapa jenis yoghurt, yaitu: Dahi yoghurt : berasal dari India Bulgarian yoghurt : menggunakan kultur strain dari Bulgaria, yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus Greek yoghurt : dibuat dari susu yang telah dicampur dengan krim sehingga kandungan lemaknya menjadi 10%. Bentuk lainnya bisa dalam bentuk standar (5%), rendah lemak atau low fat (2 %), dan tanpa lemak atau non fat (0 %). Biasanya disajikan bersama dengan madu, walnut, atau buah yang disediakan sebagai pencuci mulut Lassi yoghurt : minuman dengan bahan dasar yoghurt. Berasal dari India dengan dua jenis rasa, yaitu rasa asin dan manis Kefir : minuman susu fermentasi. Kini biasanya dinamakan yoghurt siap minum atau yoghurt smoothie Home-made yoghurt : dapat dibuat dirumah dengan menggunakan sejumlah kecil kultur yoghurt aktif sebagai kultur awal. Yoghurt akan menjadi kental atau memadat jika disimpan dalam refrigerator. Yoghurt yang disimpan dalam refrigerator akan stabil atau tahan sampai satu minggu atau lebih.

KEFIR BUBUK SEBAGAI MINUMAN PROBIOTIK

NAMA : SAIFUL RIJAL (0511033018)

CRISTY WULANDARI (0511033005)

Susu merupakan bahan makanan berkadar asam rendah (pH sekitr 6,6). Dan pada umumnya mikroba hidup dalam makanan yang mempunyai derajat keasaman netral (pH sekitar 7). Oleh karena peranan bakteri sangat signifikan dalam kerusakan bahan makanan (susu) sehingga susu memiliki daya tahan yang rendah. Maka dengan kemajuan teknologi yang ada pada saat ini susu diolah sedemikian rupa agar dapat memperpanjang umur simpan dan memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan dari susu itu sendiri, salah satu teknologi yang berkembang saat ini adalah dengan fermentasi. Minuman susu fermentasi sebenarnya sudah berkembang sejak zaman dahulu.

Susu fermentasi memang memiliki beberapa kelebihan dan khasiat yang baik bagi tubuh. Dengan adanya proses fermentasi tersebut akan dihasilkan berbagai jenis asam laktat yang bekhasiat bagi tubuh. Salah satu produk susu fermentasi yang dihasilkan yakni kefir.

Kefir adalah produk fermentasi susu yang mengandung probiotik yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh. Kefir merupakan susu fermentasi yang mengandung alkohol 0,5% - 1%. Bakteri yang menyebabkan terbentuknya alkohol adalah Sacharomycfes kefir dan Torula kefir. Kefir seperti halnya yoghurt, merupakan produk susu hasil fermentasi, yang berasa asam, alkoholik, dan karbonat. Kefir disebut-sebut memiliki banyak khasiat, sampai dijuluki "the champagne of cultured milk”karena kelebihannya dibandingkan dengan susu segar adalah karena asam yang terbentuk dapat memperpanjang masa simpan, mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk, sehingga mencegah kerusakan susu, dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen sekaligus meningkatkan keamanan produk kefir. (Ikrawan, 2002).

Kefir dalam bentuk susu cair ini dirasa masih belum praktis. Maka dari itu, kefir yang dalam bentuk susu cair ini bisa diolah menjadi bubuk kefir. Bubuk kefir melalui proses pengeringan dan homogenisasi. Dengan menjadikan kefir bentuk susu cair menjadi bubuk kefir dirasa praktis dan efektif untuk di bawa ke mana saja.

Ampas Tebu

Syaiful Anwar (Alumni TIP – FTP – UB)

Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (Anonim, 2007e).

Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35 – 40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Husin (2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007b), sehingga ampas tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan
(Husin, 2007).

Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang seratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan. Bagase mengandung air 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagase tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin (Husin, 2007).

Menurut Husin (2007) hasil analisis serat bagas adalah seperti dalam Tabel 2. berikut:

Tabel 2. Komposisi kimia ampas tebu

Kandungan

Kadar (%)

Abu

Lignin

Selulosa

Sari

Pentosan

SiO2

3,82

22,09

37,65

1,81

27,97

3,01


Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar bagi pabrik yang bersangkutan, setelah ampas tebu tersebut mengalami pengeringan. Disamping untuk bahan bakar, ampas tebu juga banyak digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas, particleboard, fibreboard, dan lain-lain (Indriani dan Sumiarsih, 1992).

etanol dan kulit

2.1 Etanol

Etanol atau etil alkohol yang di pasaran lebih dikenal sebagai alkohol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut dalam air dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan alkohol primer. Sifat fisik dan kimia etanol bergantung pada gugus hidroksil. Reaksi yang dapat terjadi pada etanol antara lain dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi, dan esterifikasi (Rizani, 2000). Sifat fisik etanol dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Sifat Fisik Etanol

Massa molekul relatif

46,07 g/mol

Titik beku

-114,1°C

Titik didih normal

78,32°C

Dentitas pada 20°C

0,7893 g/ml

Kelarutan dalam air 20°C

sangat larut

Viskositas pada 20°C

1,17 cP

Kalor spesifik, 20°C

0,579 kal/g°C

Kalor pembakaran, 25°C

7092,1 kal/g

Kalor penguapan 78,32°C

200,6 kal/g

Sumber: Rizani (2000)

Etanol atau alkohol dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain:

  1. Bahan baku industri atau senyawa kimia, contoh: industri minuman beralkohol, industri asam asetat dan asetaldehid.
  2. Pelarut dalam industri, contoh: industri farmasi, kosmetika dan plastik.
  3. Bahan desinfektan, contoh: peralatan kedokteran, rumah tangga dan peralatan di rumah sakit.
  4. Bahan baku motor.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan dari fermentasi adalah mikroorganisme dan media yang digunakan, adanya komponen media yang dapat menghambat pertumbuhan serta kemampuan fermentasi mikroorganisme dan kondisi selama fermentasi (Astuty, 1991). Selain itu hal-hal yang perlu diperhatikan selama fermentasi adalah pemilihan khamir, konsentrasi gula, keasaman, ada tidaknya oksigen dan suhu dari perasan buah.

Pemilihan sel khamir didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan sebagai medium untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula digunakan Saccharomyces cerevisiae. Suhu yang baik untuk proses fermentasi berkisar antara 25-30°C. Derajat keasaman (pH) optimum untuk proses fermentasi sama dengan pH optimum untuk proses pertumbuhan khamir yaitu pH 4,0-4,5.

Etanol pada proses fermentasi alkoholik terbentuk melalui beberapa jalur metabolisme bergantung jenis mikroorganisme yang terlibat. Untuk Saccharomyces serta sejumlah khamir lainnya, etanol terbentuk melalui jalur Embden Meyernof Parnas (EMP), reaksinya sebagai berikut (Rizani, 2000):

  1. Glukosa difosforilasi oleh ATP mula-mula menjadi D-glukosa-6 fosfat, kemudian mengalami isomerasi berubah menjadi D-frukstoda-6 fosfat dan difosforilasi lagi oleh ATP menjadi D-fruktosa-1, 6 difosfat.
  2. D-fruktosa-1, 6 difosfat dipecah menjadi satu molekul D-gliseraldehid-3 fosfat dan satu molekul aseton fosfat.
  3. Dihidroksi aseton fosfat disederhanakan menjadi L-gliserol-3 fosfat oleh NADH2.
  4. ATP melepaskan satu molekul fosfat yang diterima oleh gliseraldehid-3 fosfat yang kemudian menjadi D-1, 3 difosfogliserat dan ADP.
  5. D-1, 3 difosfogliserat melepaskan energi fosfat yang tinggi ke ADP untuk membentuk D-3 fosfogliserat dan ATP.
  6. D-3 fosfogliserat berada dalam keseimbangan dengan D-2 fosfogliserat.
  7. D-2 fosfogliserat membebaskam air untuk menghasilkan fosfoenol piruvat.
  8. ATP menggeser rantai fosfat yang kaya energi dari fosfoenolpiruvat untuk menghasilkan piruvat dan ATP.
  9. Piruvat didekarboksilasi menghasilkan asetaldehid dan CO2.
  10. Akhirnya asetaldehid menerima hidrohen dari NADH2 menghasilkan etanol.

Etanol dihasilkan dari gula yang merupakan hasil aktivitas fermentasi sel khamir. Khamir yang baik digunakan untuk menghasilkan etanol adalah dari genus Saccharomyces. Kriteria pemilihan khamir untuk produksi etanol adalah mempunyai laju fermentasi dan laju pertumbuhan cepat, perolehan etanol banyak, tahan terhadap konsentrasi etanol dan glukosa tinggi, tahan terhadap konsentrasi garam tinggi, pH optimum fermentasi rendah, temperatur optimum fermentasi sekitar 25-30°C serta tahan terhadap stress fisika dan kimia.

Fardiaz (1992), fermentasi etanol meliputi dua tahap yaitu:

1. Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit dua pasang atom hidrogen melalui jalur EMP (Embden-Meyerhoff-Parnas), menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi daripada glukosa.

2. Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membntuk senyawa-senyawa hasil fermentasi yaitu etanol.

Hasil optimal yang diharapkan bila dinyatakan dengan persentase berat yang difermentasi adalah:

  • Etil alkohol 48,4%
  • Karbondioksida 46,6%
  • Gliserol 3,3%
  • Asam suksinat 0,6%
  • Selulosa dan lainnya 1,2%

2.2. Kulit Nenas

Nenas merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di Indonesia. Dari data statistik, produksi nenas di Indonesia untuk tahun 1997 adalah sebesar 542.856 ton dengan nilai konsumsi 16,31 kg/kapita/tahun (Anonymous, 2001). Dengan semakin meningkatnya produksi nenas, maka limbah yang dihasilkan akan semakin meningkat pula.

Menrut Suprapti (2001), limbah nenas berupa kulit, ati/ bonggol buah atau cairan buah/ gula dapat diolah menjadi produk lain seperti sari buah atau sirup. Menurut Kumalamingsih(1993), secara ekonomi kulit nenas mash bermanfaat untuk diolah menjadi pupuk dan pakan ternak. Komposisi limbah kulit nenas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Hasil Analisis Proksimat Limbah Kulut Nenas Berdasarkan Berat Basah

Komposisi

Rata-rata Berat Basah (%)

Air

86,70

Protein

0,69

Lemak

0,02

Abu

0,48

Serat basah

1,66

karbohidrat

10,54

Sumber: Sidharta (1989)

Pembuatan starter

Proses pembuatan starter yaitu medium fermentasi sebanyak 100 ml diinokulasi dengan 3 ose Saccharomyces cerevisiae. Media untuk starter dikocok dalam waterbath shakeer dengan kecepatan 15 rpm dan diinkubasi pada suhu kamar sampai pertumbuhan selnya mencapai fase logaritmik.

Proses Fermentasi

Media fermentasi yang telah disiapkan dimasukkan fermentor sebanyak 300 ml. Pada masing-masing media fermentasi yang berbeda ini diinokulasikan inokulum Saccharomyces cerevisiae yang pertumbuhannya telah mencapai fase log di media starter sebanyak 6-10% dari volume media. Masa inkubasi pada suhu kamar selama 4 hari.

etanol dan kulit

2.1 Etanol

Etanol atau etil alkohol yang di pasaran lebih dikenal sebagai alkohol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut dalam air dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan alkohol primer. Sifat fisik dan kimia etanol bergantung pada gugus hidroksil. Reaksi yang dapat terjadi pada etanol antara lain dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi, dan esterifikasi (Rizani, 2000). Sifat fisik etanol dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Sifat Fisik Etanol

Massa molekul relatif

46,07 g/mol

Titik beku

-114,1°C

Titik didih normal

78,32°C

Dentitas pada 20°C

0,7893 g/ml

Kelarutan dalam air 20°C

sangat larut

Viskositas pada 20°C

1,17 cP

Kalor spesifik, 20°C

0,579 kal/g°C

Kalor pembakaran, 25°C

7092,1 kal/g

Kalor penguapan 78,32°C

200,6 kal/g

Sumber: Rizani (2000)

Etanol atau alkohol dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain:

  1. Bahan baku industri atau senyawa kimia, contoh: industri minuman beralkohol, industri asam asetat dan asetaldehid.
  2. Pelarut dalam industri, contoh: industri farmasi, kosmetika dan plastik.
  3. Bahan desinfektan, contoh: peralatan kedokteran, rumah tangga dan peralatan di rumah sakit.
  4. Bahan baku motor.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan dari fermentasi adalah mikroorganisme dan media yang digunakan, adanya komponen media yang dapat menghambat pertumbuhan serta kemampuan fermentasi mikroorganisme dan kondisi selama fermentasi (Astuty, 1991). Selain itu hal-hal yang perlu diperhatikan selama fermentasi adalah pemilihan khamir, konsentrasi gula, keasaman, ada tidaknya oksigen dan suhu dari perasan buah.

Pemilihan sel khamir didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan sebagai medium untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula digunakan Saccharomyces cerevisiae. Suhu yang baik untuk proses fermentasi berkisar antara 25-30°C. Derajat keasaman (pH) optimum untuk proses fermentasi sama dengan pH optimum untuk proses pertumbuhan khamir yaitu pH 4,0-4,5.

Etanol pada proses fermentasi alkoholik terbentuk melalui beberapa jalur metabolisme bergantung jenis mikroorganisme yang terlibat. Untuk Saccharomyces serta sejumlah khamir lainnya, etanol terbentuk melalui jalur Embden Meyernof Parnas (EMP), reaksinya sebagai berikut (Rizani, 2000):

  1. Glukosa difosforilasi oleh ATP mula-mula menjadi D-glukosa-6 fosfat, kemudian mengalami isomerasi berubah menjadi D-frukstoda-6 fosfat dan difosforilasi lagi oleh ATP menjadi D-fruktosa-1, 6 difosfat.
  2. D-fruktosa-1, 6 difosfat dipecah menjadi satu molekul D-gliseraldehid-3 fosfat dan satu molekul aseton fosfat.
  3. Dihidroksi aseton fosfat disederhanakan menjadi L-gliserol-3 fosfat oleh NADH2.
  4. ATP melepaskan satu molekul fosfat yang diterima oleh gliseraldehid-3 fosfat yang kemudian menjadi D-1, 3 difosfogliserat dan ADP.
  5. D-1, 3 difosfogliserat melepaskan energi fosfat yang tinggi ke ADP untuk membentuk D-3 fosfogliserat dan ATP.
  6. D-3 fosfogliserat berada dalam keseimbangan dengan D-2 fosfogliserat.
  7. D-2 fosfogliserat membebaskam air untuk menghasilkan fosfoenol piruvat.
  8. ATP menggeser rantai fosfat yang kaya energi dari fosfoenolpiruvat untuk menghasilkan piruvat dan ATP.
  9. Piruvat didekarboksilasi menghasilkan asetaldehid dan CO2.
  10. Akhirnya asetaldehid menerima hidrohen dari NADH2 menghasilkan etanol.

Etanol dihasilkan dari gula yang merupakan hasil aktivitas fermentasi sel khamir. Khamir yang baik digunakan untuk menghasilkan etanol adalah dari genus Saccharomyces. Kriteria pemilihan khamir untuk produksi etanol adalah mempunyai laju fermentasi dan laju pertumbuhan cepat, perolehan etanol banyak, tahan terhadap konsentrasi etanol dan glukosa tinggi, tahan terhadap konsentrasi garam tinggi, pH optimum fermentasi rendah, temperatur optimum fermentasi sekitar 25-30°C serta tahan terhadap stress fisika dan kimia.

Fardiaz (1992), fermentasi etanol meliputi dua tahap yaitu:

1. Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit dua pasang atom hidrogen melalui jalur EMP (Embden-Meyerhoff-Parnas), menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi daripada glukosa.

2. Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membntuk senyawa-senyawa hasil fermentasi yaitu etanol.

Hasil optimal yang diharapkan bila dinyatakan dengan persentase berat yang difermentasi adalah:

  • Etil alkohol 48,4%
  • Karbondioksida 46,6%
  • Gliserol 3,3%
  • Asam suksinat 0,6%
  • Selulosa dan lainnya 1,2%

2.2. Kulit Nenas

Nenas merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di Indonesia. Dari data statistik, produksi nenas di Indonesia untuk tahun 1997 adalah sebesar 542.856 ton dengan nilai konsumsi 16,31 kg/kapita/tahun (Anonymous, 2001). Dengan semakin meningkatnya produksi nenas, maka limbah yang dihasilkan akan semakin meningkat pula.

Menrut Suprapti (2001), limbah nenas berupa kulit, ati/ bonggol buah atau cairan buah/ gula dapat diolah menjadi produk lain seperti sari buah atau sirup. Menurut Kumalamingsih(1993), secara ekonomi kulit nenas mash bermanfaat untuk diolah menjadi pupuk dan pakan ternak. Komposisi limbah kulit nenas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Hasil Analisis Proksimat Limbah Kulut Nenas Berdasarkan Berat Basah

Komposisi

Rata-rata Berat Basah (%)

Air

86,70

Protein

0,69

Lemak

0,02

Abu

0,48

Serat basah

1,66

karbohidrat

10,54

Sumber: Sidharta (1989)

Pembuatan starter

Proses pembuatan starter yaitu medium fermentasi sebanyak 100 ml diinokulasi dengan 3 ose Saccharomyces cerevisiae. Media untuk starter dikocok dalam waterbath shakeer dengan kecepatan 15 rpm dan diinkubasi pada suhu kamar sampai pertumbuhan selnya mencapai fase logaritmik.

Proses Fermentasi

Media fermentasi yang telah disiapkan dimasukkan fermentor sebanyak 300 ml. Pada masing-masing media fermentasi yang berbeda ini diinokulasikan inokulum Saccharomyces cerevisiae yang pertumbuhannya telah mencapai fase log di media starter sebanyak 6-10% dari volume media. Masa inkubasi pada suhu kamar selama 4 hari.

Nenas

Sejarah Singkat

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.

Sentra Penanaman

Penanaman nanas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika Selatan, Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nanas ditanam di negara-negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di daerah Sumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Pada masa mendatang amat memungkinkan propinsi lain memprioritaskan pengembangan nanas dalam skala yang lebih luas dari tahun-tahun sebelumnya.

Luas panen nanas di Indonesia + 165.690 hektar atau 25,24% dari sasaran panen buah-buahan nasional (657.000 hektar). Beberapa tahun terakhir luas areal tanaman nanas menempati urutan pertama dari 13 jenis buah-buahan komersial yang dibudidayakan di Indonesia.

Jenis Tanaman

Klasifikasi tanaman nanas adalah:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Farinosae (Bromeliales)
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L.) Merr

Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri, A. erectifolius L.B. Smith, dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith.

Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang.

Manfaat Tanaman

Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya. Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga Berencana.

Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah nanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi cairannya untuk pakan ternak.

trik agar bibr seksi

Untuk tampil di acara yang spesial tentu Anda ingin tampil spesial pula bukan? Tampil spesial sebenarnya tak perlu merepotkan asal Anda tahu persis triknya. Untuk kali ini, Anda hanya perlu fokus ke salah satu bagian wajah Anda yaitu bibir.

Riaslah bibir Anda sedemikian rupa sehingga menjadi fokus dari riasan Anda.
Bagaimana caranya? Buatlah bibir tampak seksi. Berikut langkah merias bibir agar tampak segar dan hmm...seksi!

Langkah 1.
Bubuhkan lip balm untuk melembapkan bibir. Biarkan selama 2 menit agar meresap.

Langkah 2.
Ulaskan pensil bibir/lip pencil berwarna nude-pink secara merata pada bibir Anda. Pilih
lip pencil dengan bagian ujung yang besar (bukan pensil yang ujungnya tipis), agar mudah mengulaskannya.

Langkah 3.
Gunakan pensil alis warna coklat untuk memberi kesan garis tipis/shading pada garis bibir, agar bibir tampak lebih 'dalam' dan penuh.

Langkah 4.
Akhiri dengan membubuhkan lip gloss. Hati-hati, jangan sampai lip gloss melampaui garis bibir Anda agar riasan bibir tetap rapi dan...seksi!

Sudahkan anda merawat bibir

Wajah akan tampak cerah dengan cepat jika Anda membubuhkan lipstik. Namun bagaimana bila bibir Anda bermasalah? Apakah selama ini Anda telah merawat bibir dengan baik?

Berikut ini beberapa mitos dan fakta untuk Anda agar tak lagi salah memperlakukan bibir!

  • Lipstik Matte dapat Membuat Bibir Menjadi Kering

    BENAR.
    Bibir tidak memiliki kelenjar minyak namun banyak mengandung melanin atau zat pigmen yang sangat peka terhadap paparan sinar matahari. Lipstik matte hanya mengandung sedikit minyak bahkan tidak mengandung air. Bila Anda terlalu sering menggunakan lipstik matte, selain tidak terjaga kelembapannya, bibirpun mudah menjadi kering.
  • Cara Menambah Lipstik adalah dengan Mengoleskannya Langsung secara Berulang-ulang.

    SALAH.
    Bersihkan dulu bibir dari bekas-bekas lipstik sebelum mengoleskan sapuan baru. Terutama jika rentang waktunya cukup lama. Mungkin saja, olesan awal tadi sudah tercemar oleh udara, bercampur debu bahkan sisa makanan yang menempel di bibir. Hal itu bisa membuat stik lipstik Anda tercemar bakteri yang 'bercokol' pada bibir.

  • Bibir Akan Menjadi Lembab Bila Sering Dibasahi dengan Lidah

    SALAH.
    Air liur yang mengandung kelenjar dan enzim tertentu justru dapat mengiritasi kulit terluar bibir yang tipis. Akibatnya, bibir justru akan bertambah kering.
  • Lip care (lip balm, lip conditioner) Beraroma Buah atau Permen dapat Menyebabkan Bibir Kering dan Pecah-pecah.

    SALAH.
    Aroma yang dihasilkan oleh kandungan fragrance atau flavour (perasa atau pewangi) hanyalah unsur tambahan. Bila lip balm tersebut cukup kandungan pelembab (vitamin E) dan UV protection-nya (tabir surya), maka produk ini relatif aman digunakan. Biasakan untuk memakainya sebelum tidur agar kelembapan bibir tetap terjaga.
  • Mengoleskan Madu sebelum Tidur Menjadikan Bibir Lembap dan Sehat.

    BENAR.
    Cairan madu mengandung kadar gula murni yang dapat menutrisi bibir sekaligus melembapkan. Apalagi jika Anda berada di tempat bersuhu dingin atau panas. Bila tidak ada madu, Anda bisa menggunakan masker parutan buah alpukat, lidah buaya atau wortel. Bubuhkan pada bibir minimal 2X seminggu.
  • Produk Pembersih Wajah seperti Facial Scrub, Masker Wajah atau Produk Peeling lainnya Bisa Dimanfaatkan untuk Bibir.

    SALAH.
    Produk pembersih wajah mengandung zat pembersih aktif, cairan busa yang kuat serta butiran scrub yang lebih besar dan kasar. Ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit bibir yang halus. Jadi, gunakan hanya lip scrub khusus bibir.

Ber make up dalam 5 menit

Ber-make Up memang lebih menyenangkan jika dilakukan dalam waktu yang cukup, tidak terburu-buru. Namun kadang ada saja hal-hal yang membuat kita harus bisa menyelesaikan make up wajah dalam waktu yang sangat singkat. Bagaimana jika Anda hanya punya waktu 5 menit saja dan harus tampil rapi setelahnya? Jangan gusar dulu, karena Anda hanya perlu melakukan langkah mudah di bawah ini, dan wajah Anda pun tampil menawan dalam 5 menit!

Berikut caranya:

  • Bubuhkan pelembap dan oleskan merata pada wajah. Pada umumnya disarankan untuk membiarkan pelembap meresap ke dalam kulit setelah sekitar 5-10 menit sebelum membubuhkan foundation, namun dalam situasi ini, Anda bisa membubuhkan foundation 1 menit setelah pelembap dioleskan.
  • Bubuhkan tipis-tipis dan ratakan foundation dengan spons besar. (abaikan pemakaian bedak)
  • Kenakan blush on berbentuk powder secukupnya. Cream blush on membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk dikenakan.
  • Lapisi bulu mata dengan maskara untuk memperoleh efek segar dan mata yang hidup.

  • Isi alis mata Anda dengan pensil alis berwarna hitam atau coklat tua.
  • Kenakan lipstik. Coba kenakan dengan bantuan lip brush, hasilnya lebih baik karena warnanya bisa lebih awet melekat di bibir dan waktu yang dibutuhkan hampir sama dengan pemakaian langsung dari tube-nya.
  • Baru bubuhkan bedak tabur hanya pada bagian yang berkilat yaitu hidung dan area T.

Menguak Rahasia Memilih Alas Bedak

Anda sering bingung saat mencari alas bedak? Warna sudah cocok tapi tekstur terasa belum pas di kulit. Bisa saja terlalu pekat sehingga wajah terasa tebal dan terlihat seperti topeng. Atau tekstur terlalu cair sehingga wajah terasa berminyak dan noda di kulit wajah tidak tersamar. Begitu sulitkah mencari alas bedak yang sesuai keinginan...?

Agar kejadian seperti itu tidak Anda alami, pastikan beberapa hal berikut ini:

Pilih warna yang mendekati
Kuning adalah warna alas bedak yang paling netral untuk kulit orang Asia. Karena warna dasar pigmen kulit orang Asia adalah kuning. Namun sangat disarankan untuk memilih warna alas bedak yang paling mendekati warna asli kulit wajah Anda.

Jika warna kulit wajah Anda tidak rata, pilihlah alas bedak yang mendekati bagian kulit wajah paling gelap. Jika Anda pilih alas bedak yang mendekati bagian kulit paling cerah, wajah Anda akan terlihat seperti berkapur. Kalau Anda ragu saat memilih, cobalah warna kekuningan. Apapun warna kulit wajah Anda, warna inilah yang paling 'aman' untuk dipilih.

Ketahui jenis kulit Anda

  • Kulit berminyak dan normal - berminyak
    Alas bedak berformula bebas minyak, yang berbahan dasar air, silikon dan gliserin adalah pilihan tepat untuk jenis kulit ini. Umumnya alas bedak ini bertekstur halus dan gampang menyebar. Formulasi ini tidak membuat kulit wajah tampak semakin berminyak.
  • Kulit normal dan normal - kering
    Alas bedak yang sesuai untuk jenis kulit ini adalah yang mengandung elemen pelembap seperti vitamin dan minyak nabati. Agar penggunaan alas bedak mudah, sebaiknya gunakan pelembap terlebih dahulu.
  • Kulit kering
    Gunakan alas bedak berbentuk krim dan cairan yang kaya pelembap. Formula jenis alas bedak ini bisa memberikan kelembapan pada kulit dan menyamarkan garis-garis kerutan.

Pilih alas bedak yang ringan
Sangat disarankan untuk memilih alas bedak yang berkategori ringan. Alas bedak ini akan memberikan hasil riasan akhir agak lembap. Alas bedak matte, cenderung mempertegas garis-garis halus dan membuat kulit wajah terlihat kering.

Mencoba sebelum membeli
Jika Anda sudah menemukan warna alas bedak yang senada dengan warna kulit wajah, jangan tergesa-gesa membelinya. Oleskan sedikit alas bedak tersebut di pipi Anda. Lalu, keluarlah dari ruangan dan berkacalah. Jika pilihan Anda tepat, maka wajah Anda terlihat seakan tanpa polesan. Sebaliknya, kalau lapisan alas bedak terlihat jelas, berarti Anda harus mencari alas bedak yang lain.

Make Up Mata Kurang Tidur

Hari ini ada setumpuk jadwal penting di agenda Anda. Jam 9.00 meeting, jam 12.00 makan siang dengan klien dan jam 16.00 report ke atasan mengenai progress proyek yang tengah Anda tangani.

Tapi apa yang terjadi saat Anda bercermin saat mau berdandan? Olala..mata Anda kelihatan jelas seperti mata orang yang lesu dan tidak bersemangat.

Apalagi semalam Anda memang cuma sempat tidur 4 jam karena sibuk menyiapkan materi meeting dan report untuk atasan. Namun, kalau Anda tampil seperti ini, alangkah tidak menariknya…

Berikut tips dari para make up artist agar mata tetap kelihatan segar walau Anda kurang tidur tadi malam:

-

Gunakan concealer pengoreksi warna: bila bayangan gelap di bawah mata berwarna abu-abu pilih concealer berwarna orange kecoklatan. Bila bayangan gelap berwarna merah bisa diatasi dengan ragam warna kuning. (Tips: warna netral dan kuning dapat atasi mata pucat dan lesu).

-

Untuk menggaris kelopak mata bagian bawah hindari pensil mata warna gelap karena warna ini akan membuat mata semakin terlihat letih. Sebaiknya gunakan pensil mata warna pink keunguan atau peach kecoklatan untuk membuat mata kelihatan cerah.

-

Sapukan maskara bening, bukan maskara hitam, agar mata kelihatan bersinar namun alami.

Sekarang Anda siap beraktivitas dengan penampilan yang segar!