II.1. Edible Film
Edible film adalah suatu lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk untuk melapisi makan (coating) atau diletakkan diantara komponen makanan (film) yag berfungsi sebagai penghalang terhadap perpindahan massa (misalnya kelembaban, oksigen, cahaya, lipid dan zat terlarut) dan sebagai pembawa aditif serta untuk meningkatkan penanganan suatu makanan (krochta, 1992).
Biodegradable film alginat mempunyai keunggulan dibandingkan bahan-bahan pengemas polimer biasa atau plastik. kelebihan itu antara lain dapat mengurangi terjadinya susut bahan yang dikemas, mencegah terjadinya ketengikan oksidatif, mengurangi perpindahan uap air, mengurangi penyerapan minyak kedalam produk yang digoreng, dan mengurangi menguapnya senyawa volatil yang diinginkan. Biopolimer amat penting untuk keperluan industri seperti pangan, farmasi, kecantikan dan berbagai bahan pengemas biodegradable bahkan edible (Anonim A, 2007).
II.2. Jenis-Jenis dan Kegunaan Edible
Edible Packaging dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu yang berfungsi sebagai pelapis (coating) dan yang berbentuk sebagai lembaran (disebut film) sehingga dikenal istilah edible coating dan edible film. edible coating banyak digunakan untuk pelapis produk daging beku, kamasan semi basah, ayam beku, produk hasil laut, sosis, buah-buahan dan obat-obatan terutama untuk pelapis kapsul. sdangkan edible film digunakan untuk prosuk pangan dan penguasaan teknologinya masih terbatas. Edible film sangat potensial digunakan sebagai pembungkus dan pelapis produk-produk panganj, industri, farmasi maupun hasil-hasil pertanian (Krochta, 1992).
Edible coating terdiridari bahan baku hidrokoloid yag dicampur dan diaduk kemudian ditambahkan gliserol menghasilkan larutan hidrokoloid, dilakukan pemanasan pada suhu 400C selama 15 menit, kemudian pH diatur dengan menggunakan kalsium klorida 0,5% pada pH 6 diaduk sampai terjadi larutan Edble coating/ selain sebagai pembungkus produk. Edible coating juga banyak digunakan untuk mengoles prosuk confentionery sehingga produk tersebut nampak mengkilap (Anonim A, 2007)
II.3. Komponen Penyusun Edible
Komponen-kompponen penyusun edible packaging mempengaruhi secara langsung bentuk morfologi maupun karakteristik pengemas yang dihasilkan. Komponen utama penyusun edible film dikemlompokkan menjadi tiga yaitu hidrokologi, lipida dan komposit. Hidrokoloid banyak diperoleh dari protein utuh, selulosa dan
turunannya, alginat, pektin dan pati. Dari kelompok lipida yang serig digunakan lilin asilgliserol dan asam lemak. Komposit adalah bahan yang didasarkan pada campuran hidrokoloid dan lipida (Anonim A, 2007).
Bahan baku yang ditambahkan antara lain anti mikroba, anti oksidan, flavor, pewarna, dan palsticizer. Bahan anti mikroba yang umumnya sering digunakan adalah asam benzoat, asam sorbat, kalium sorbat, dan asam propinoat. Anti oksidan diperlukan untuk melindungi dari reaksi oksidasi, degradasi, dan pemudaran. Anti oksidan yang sering digunakan berupa senyawa fenolik.yang digunakan adalah BHA, BHT, propil galat dan tookoferol. Jenis plasticizer yang umum digunakan adalah gliserol (Anonim A, 2007).
Palsticizer didefinisakan sebagai bahan non volatil, bertitik didih tinggi jika ditambahkan pada material lain dapat merubah sifat material tersebut. Penambahan plasticizer dapat menurunkan kekuatan intermolekuler meningkatkan fleksibilitas film dan menurunkan sifat barrier film. Gliserol dan sorbitol merupakan plasticizer yang efektif karena memiliki kemampuan untuk mengurangi ikatan hydrogen internal pada ikatan intermolekular, plasticizer ditambahkan pada pembuatan edible film untuk mengurangi kerapuhan, meningkatkan flesibilitas dan ketahanan film terutama jika disimpan pada suhu rendah (Anonim B, 2007)
II.4. Fungsi Kemasan
Fungsi pengemas pada bahan pangan adalah mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan benruran dan getaran. Selain itu pengemesan berfungsi sebagai wadah agar mempunyai bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan pendstribusian. Plastik merupakan salah satu bahan kemasan yang banyak digunakan untuk mengemas bahan pangan atau produk makanan karena keunggulannya dalam bentuk yang fleksibel sehingga dapat mengikuti bentuk bahan yng dikemas, sifat transparan (tembus pandang) yang menyababkan produk yang dikemas dapat dilihat dari luar serta memudahkan dalam transportasi bahan yang dikemas. Sisi lain plastik mempunyai kelemahan pula, yaitu tidak tahan panas dan beberapa jenis diketahui dapat mengkontaminasi produk yang dikemas, dimana sering kontaminannya bersifat toksik bagi manusia atau paling tidak menyebabkan penurunan mutu bahan yang dikemas. (Anonim C 2007)
Fungsi kemasan menurut Hartanto (2000), ada beberapa antara lain meliputi :
- Faktor pengamanan, melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menimbulkan kerusakan barang dari cuaca, sinar, tumpukan, kuman, serangga dan lainnya
- Faktor ekonomi, perhitungan biaya harus efektif termasuk pe,ilihan bahan kemas
- Faktor distibusi, mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai konsumen
- Faktor komunikasi, sebagai media komunikasi yang menerangkan atau mencerminkan produk. Citra merek dan juga sebagai bahan promosi dengan pertimbangan mudah dilihat, mudah dipahami dan diingat.
II. 5. Karakteristik Film
Karakteristik mekanik suatu film kemasan terdiri dari : kuat tarik (tensile strenth), kuat tusuk (pencture strenght), persen perpanjangan (elengation to break) dan elastisitas (elastic/young modulus) paramter-parameter tersebut dapat menjelaskan bagaimana karakteristik mekanik dari baha film yang berkaitan dnegan struktur kimianya. Selain itu, juga menunjukkan indikasi integrasi film pada kondisi tekanan (stress) yang terjadi selama proses pembentukan film kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh film selama pengukuran berlangsung. Kuat tarik dipengaruhi oleh bahan pemlastis yng ditambahkan selama proses pembutan film, sedangkan kuat tusuk menggambarkan tusukan maksimum yang dapat ditahan oleh film. Film dengan struktur yang kaku akan menghasilkan nilai kuat tusuk yang tinggi atau tahan terhadap tusukan. Adapun persen pemanjangan merupakan perubahan panjang maksimum film sebeblum terputus. Berlawanan dengan itu adalah elatisitas akan semakin menurun jika seiring dengan meningkatnya jumlah bahan pemlastis dalam film. Elastisitas merupakan kekuatan ukuran film yang dihasilkan (Latief, 2001)
1 komentar:
kurangq tampilan blogmu. klo bisa sesuaikan dgn nama dunk, pakai redant tapi kok semutx g ada sich!!
KEBOHONGAN PUBLIK NAMAX ITU!!
ok!!
tamba2i qjuga 'bout ediblemu cez.
Posting Komentar